Malam Mingguku Dulu.


Dulu dua atau tiga tahun yang lalu, malam mingguku ku habiskan menongkrong dengan genk- di depan rumahku.
Berseda gurau, cuhat, dan berbagi air mata, sesekal diiringi lagu dangdut yang lucu, untuk menghibur hati dan fikian yang rancu.
Yang pada akhirnya sih, yang tak ikut bernyanyi karna tak hafal liriknya hanyalah aku.
Aku adalah Diaz, genk ku: Hmm nanti saja ku sebutkan namaya satu persatu.
***
Malam ini aku sedang berfikitr
Tak sangka masa depanku akan bergulir disini.
Di sebuah pondok pesantren sederhana, namun penuh aura bahagia dan baroka.
Remaja yang dulunya bercelana pendek dan berani mengenakannya ke sekeliling komplek.
Sekarang duduk bersama Ibu Nyai yang cantik dan sholeha, berbagi suap demi suap makanan dalam satu piring. Atau seringnya berbagi makanan di nampan dengan formasi duduk standar satu dan berkompetisi dengan 5 sampai 7 santri lainnya dalam mendapatkan lauk pauk.

Tapi bukan itu inti ceritanya..
Aku hanya sedang rindu mereka yang jauh di sana.
Walaupun dulu otak seperti menolak. “harusnya aku tak disini” “harusnya aku tak habiskan waktuku dengan sia sia hanya untuk membicarakan hal tak berguna” “harusnya aku di kamar saja, menikmati soal soal atau bacaan islami yang akan menambah ilmu dan memperkokoh keimanan”
Tapi nyatanya ku biarkan. dan sisi otakku yang lain menenangkan. “Inilah hidup, dinikmati, apa yang membuatmu nyaman”
Hani dan Luthti (aku sebut dia Upi)
Ya itulah mereka lah yang bersamaku di malam mingguku dulu.

Komentar